Monday, 6 July 2015
Strategi Kaum Pergerakan Kemerdekaan Melawan Jepang
Beberapa sikap dari perjuangan
bangsa Indonesia yang sudah dilakukan agar bisa menanggapi kebijakan dari
penjajah Jepang tersebut. Propaganda dari bangsa Jepang sedikitpun tidak bisa
mempengaruhi para tokoh perjuangan untuk percaya begitu saja. Bagaimanapun para
tokoh pergerakan sadar bahwa Jepang adalah penjajah.
Bahkan para tokoh sengaja
memanfaatkan organisasi-organisasi pendirian Jepang sebagai ‘batu loncatan’
untuk meraih Indonesia merdeka. Beberapa bentuk perjuangan pada jaman Jepang
adalah :
1) Memanfaatkan Organisasi
Bentukan Jepang
Kelompok tersebut sering disebut
sebagai kolaborator, sebab mereka mau untuk bekerjasama dengan para penjajah.
Sebenarnya cara tersebut sebagai salah satu bentuk dari perjuangan diplomasi.
Tokoh - tokohnya ialah para pemimpin organisasi Putera seperti bung karno, bung
Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan juga K.H. Mas Mansyur. Mereka biasanya
memanfaatkan
organisasi Putera sebagai sarana untuk komunikasi dengan rakyat
Indonesia. Organisasi Putera justru dijadikan untuk para pejuang pemuda
Indonesia sebagai tempat/ajang kampanye nasionalisme.
2) Gerakan Bawah Tanah
Larangan untuk berdirinya sebuah
partai politik pada saat jaman penjajahan Jepang, mengakibatkan sebagian besar
tokoh perjuangan umumnya membuat gerakan bawah tanah (underground). Gerakan
bawah tanah (underground) merupakan sebuah perjuangan yang dilakukan melalui
kegiatan – kegiatan yang tidak resmi, dan tanpa sepengetahuan penjajah Jepang (
gerakan sembunyi – sembunyi ). Pada saat melakukan perjuangan, biasanya para
tokoh tersebut terus melakukan merapatkan barisan untuk menuju kemerdekaan
bangsa Indonesia. Mereka umumnya menggunakan berbagai tempat - tempat yang
strategis, seperti tempat asrama para pemuda untuk melakukan sebuah pertemuan -
pertemuan. Penggalangan rasa semangat kemerdekaan dan juga membentuk sebuah
negara Indonesia terus mereka kobarkan. Para tokoh - tokoh yang termasuk dalam
garis pergerakan bawah tanah tersebut ialah Sutan Sjahrir, Achmad Subarjo,
Sukarni, A. Maramis, Wikana, Chairul Saleh, dan Amir Syarifuddin. Para tokoh –
tokoh tersebut terus memantau berita perang Pasifik melalui saluran radio - radio
gelap. Pada saat itu penjajah Jepang melarang pada bangsa Indonesia untuk
memiliki sebuah pesawat komunikasi. Para kelompok bawah tanah tersebut yang
sering disebut kelompok radikal atau keras, karena para tokoh – tokoh tersebut
tidak kenal kompromi pada penjajah Jepang.
3) Beberapa Perlawanan Bersenjata
Di samping melakuakan perjuangan
dengan memanfaatkan organisasi - organisasi bentukan penjajah Jepang dan juga
gerakan bawah tanah (sebunyi-sembunyi), adapula sebagian perlawanan-perlawanan
dengan bersenjata yang dilakukan pejuang bangsa Indonesia di beberapa wilayah/daerah
di Indonesia.
Beberapa perlawanan daerah di
Indonesia diantaranya:
a) Perlawanan Rakyat Aceh.
Dilakukan oleh seorang tokoh
bernama Tengku Abdul Jalil, beliau seorang ulama di daerah Cot Plieng Aceh
dengan menentang peraturan-peraturan yang dibuat penjajah Belanda. Pada tanggal
10 November 1942 beliau melakukan sebuah perlawanan. Dalam perjuangan dan
perlawanan tersebut beliau tertangkap dan ditembak sampai mati.
b) Perlawanan Singaparna, Jawa Barat
Dipelopori oleh tokoh bernama
K.H. Zainal Mustofa yang terang-terangan
menentang saikerei yaitu menghormati sang Kaisar Jepang. Pada tanggal 25
Februari 1944 meletuslah perlawanan terhadap para tentara penjajah Jepang.
beliau beserta beberapa pengikutnya ditangkap penjajah Jepang lalu dijatuhi
hukuman mati.
c) Perlawananan Indramayu, Jawa Barat.
Pada bulan Juli 1944 para rakyat
Lohbener serta Sindang di wilayah Indramayu memlakuakan pemberontakan kepada
penjajah Jepang. Para petani yang dipimpin oleh H. Madrian menolak adanya
pungutan padi yang sangat tinggi. Pada akhirnya dapat dipadamkan.
d) Perlawanan Peta di Blitar,
Jawa Timur.
Perlawanan PETA adalah
pemberontakan yang paling besar yang pernah dilakukan rakyat/bangsa Indonesia
pada saat masa penjajahan Jepang. Pemberontakan tersebut dipimpin oleh
Supriyadi, beliau seorang Shodanco ( komandan pleton ). Pada tanggal 14
Februari 1945. Pemberontakan tersebut dapat dipadamkan oleh penjajah Jepang
karena kurang matangnya persiapan. Para pejuang Peta tersebut yang berhasil
ditangkap oleh penjajah jepang kemudian diadili dalam sidang mahkamah militer
di Jakarta. Beberapa diantaranya di jatuhi hukuman mati, seperti: dr. Ismail,
Muradi, Suparyono, Halir Mangkudidjaya, Sunanto, dan Sudarmo. Supriyadi,
sebagai komandan/pemimpin pemberontakan tidak diketahui bagaimana nasibnya.
Kemungkinan besar Supriyadi telah berhasil ditangkap oleh penjajah Jepang
kemudian di hukum mati tanpa diadili.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment