Friday 24 May 2019

Pengertian, Kegiatan dan Manfaat Apresiasi Sastra


Beberapa tokoh telah mencoba mendeskripsikan pengertian apresiasi sastra. Pengertian apresiasi sastra yang dikemukakan oleh Sofyan Zakaria adalah "Kegiatan memahami cipta sastra dengan sungguh-sungguh hingga menimbulkan pengertian dan penghargaan yang baik terhadapnya." (198:6). Sedangkan Panuti menyatakan bahwa "Apresiasi Sastra ialah penghargaan terhadap karya sastra yang didasarkan pada pemahaman." (1984:8). Dari pernyataan-pernyataan diatas disimpulkan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan menanggapi, menghargai, hasil karya sastra dengan melibatkan emosi setelah dipahami terlebih dahulu.
1. Kegiatan-kegiatan apresiasi sastra
Kegiatan-kegiatan apresiasi sastra terbagi menjadi 2 bagian yaitu kegiatan apresiasi langsung, dan kegiatan apresiasi tidak langsung atau panjang.
a. Kegiatan apresiasi langsung
Kegiatan apresiasi langsung merupakan kegiatan apresiasi yang sebenarnya. Dalam kegiatan apresiasi langsung ini kita mengalami dan mengenal karya sastra secara langsung. Kegiatan ini dilakukan secara sadar untuk menghargai dan menilai karya sastra. Contohnya adalah membaca karya sastra, mendengarkan karya sastra dibacakan atau dilakukan, menonton pementasan drama.
1) Membaca Karya Sastra
Kegiatan membaca karya sastra dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh perasaan hingga diperoleh suatu pemahaman. Dengan membaca karya sastra diharapkan kita dapat merasakan sendiri pengalaman dan perasaan sang penulis karya sastra tersebut. Jika setelah membaca puisi kita merasa terharu dengan kemalangan gadis peminta-minta seperti yang dirasakan oleh sang penulis puisi, merasa seolah-olah mengalami pengalaman yang sama seperti yang dialami sang penulis puisi, merasa tergugah dengan puisi tersebut, maka kita sudah mulai melakukan apresiasi terhadap puisi tersebut.
2) Menyimak karya sastra dibacakan atau dilakukan
Kegiatan menyimak karya sastra dibacakan atau dilakukan bisa dengan berbagai cara, misalnya kegiatan mendengarkan pembacaan sebuah puisi, pembacaan sebuah cerpen dan mendengarkan sebuah sandiwara yang disiarkan di radio.
3) Mendengarkan karya sastra dibacakan/dilakukan
Kita dapat melakukan kegiatan karya sastra dibacakan atau dilakukan dengan cara mendengarkan pembacaan puisi, pembacaan cerpen, atau mendengarkan sandiwara radio. Misalnya Anwar sedang mendengarkan pembacaan sebuah cerpen terjemahan. Setelah terilhami oleh cerita itu Anwar merasa memiliki keberanian dalam berteman. Anwar dapat memetik pelajaran bahwa meskipun banyak memiliki kekurangan, Anwar harus percaya diri dan berusaha keras untuk meraih cita-citanya. Anwar merasa kagum terhadap pengarang yang telah berhasil menggugah perasaan dan pikiran pembaca. Pengarang berhasil memberi ide dalam menggugah kesadaran pendengar akan suatu keberanian dan kegigihan.
4) Menonton pementasan drama
Kegiatan menonton pementasan drama sandiwara dapat dilakukan di panggung tertutup dan terbuka ataupun televisi dan bioskop. Drama merupakan gabungan dari berbagai seni dan termasuk hasil karya yang dapat diapresiasikan karena naskahnya termasuk karya sastra. Jika menonton dengan sungguh-sungguh sehingga perasaan daya khayal, pikiran kita tergugah, maka kita sudah dapat dikatakan melakukan apresiasi sastra.
b. Kegiatan Apresiasi Tidak Langsung
Kegiatan apresiasi tidak langsung merupakan kegiatan yang dapat membantu meningkatkan kegiatan apresiasi langsung misalnya:membaca teori sastra, membaca kritik dan essai sastra, mendeklamasikan karya sastra, memerankan tokoh dalam drama, menulis puisi, cerpen, novel, dan naskah drama. Selain kegiatan-kegiatan tersebut membaca biografi para sastrawan dapat dikategorikan dalam kegiatan apresiasi sastra secara tidak langsung. Peningkatan terhadap pengenalan, pengalaman, pemahaman,penalaran dan pengertian yang bersifat teoritis menandakan bahwa apresiasi kita terhadap karya sastra pun meningkat.
2. Manfaat apresiasi sastra
Apresiasi terhadap sastra memiliki 4 manfaat yaitu manfaat estetik, manfaat pendidikan, manfaat memperluas wawasan, manfaat psikologis, keempat manfaat tersebut dapat diperoleh sekaligus dalam satu kegiatan apresiasi atau hanya salah satunya dalam satu kali apresiasi.
a) Manfaat estetik
Manfaat estetik adalah manfaat yang dirasakan oleh seorang pelaku apresiasi sastra (apresiator) karena hasil karya sastra yang diapresiasi memiliki keindahan. Karena keindahan suatu hasil karya sang apresiator merasa puas dan lebih peka perasaannya.
b) Manfaat pendidikan
Manfaat apresiasi sastra yang dapat kita peroleh berkaitan dengan pendidikan sangat dipengaruhi oleh tema sebuah karya sastra (misalnya puisi). Puisi yang bertemakan ketuhanan akan memberikan pelajaran tentang penyembahan kepada Tuhan. Pendalaman keagamaan serta mengajarkan tentang moral, puisi yang bertemakan kemiskinan akan mengajarkan rasa empati, welas asih dan kedermawanan bagi apresiator.
c) Manfaat memperluas wawasan
Seorang apresiator puisi akan memperoleh wawasan yang luas terhadap berbagai hal. Misalnya setelah mengapresiasi puisi berjudul sajak seorang bapak kepada anaknya. Karya Sangubanyu - Purworejo, apresiator akan merasa bahwa di dalam hidup ini pasti terjadi persaingan, dan kegagalan bukanlah sesuatu yang harus dijauhi dan ditakuti.
d) Manfaat psikologis
Manfaat psikologis diperoleh apresiator ketika ia mendapatkan pecahan dari masalah yang sedang dihadapinya atau meringankan beban seorang apresiator.

Fungsi Bahasa Indonesia


Secara umum bahasa Indonesia digunakan untuk alat komunikasi budaya serta ilmu pengetahuan. Kebudayaan yang beraneka ragam disebabkan beraneka ragamnya suku bangsa. Peran dan fungsi bahasa yang seragam untuk menyatukan setiap perbedaan ini sangat diperlukan sebagai alat komunikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman atau ketidakcocokan dalam penafsiran makna. Bahasa Indonesia juga sangat diperlukan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Dapatlah dibayangkan jika dalam suatu negara tidak terdapat bahasa nasional, maka bagaimana mungkin peradaban dan ilmu pengetahuan akan semakin maju.
Bahasa Indonesia sangat berperan dalam mengungkapkan suatu perasaan. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya karya-karya sastra yang dihasilkan oleh para penyair, penulis puisi, pemain drama dan sebagainya. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut.
1. Lambang kebanggaan kebangsaan
Suatu bangsa akan memiliki harga diri dan martabat yang tinggi jika mengandung nilai-nilai yang positif dalam setiap aspek, misalnya aspek sosial dan budaya. Bahasa Indonesia menjadi kebanggaan karena dapat mengekspresikan dan menjadi alat untuk mengkomunikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap aspek tersebut.
2. Lambang identitas nasional
Bahasa Indonesia sebagai lambang identitas nasional disamping bendera, lagu kebangsaan serta negara Indonesia, harus memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lain.
3. Alat pemersatu keanekaragaman suku bangsa
Masing-masing suku bangsa memiliki ciri khas kebudayaan. Dengan latar belakang inilah diperlukan suatu bahasa yang dapat disepakati bersama untuk digunakan sebagai alat komunikasi di antara suku-suku bangsa tersebut.
4. Alat penghubung antardaerah dan suku bangsa yang berbeda
Setiap daerah memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda. Perbedaan ini jika tidak diatasi maka akan menimbulkan kesalahpahaman dan salah penafsiran. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, bahasa Indonesia hadir sebagai penghubung antardaerah dan suku-suku bangsa.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara yang dinyatakan dalam UUD 1945 bab XV, pasal 36, memiliki fungsi dan peranan sebagai berikut.
1. Bahasa resmi kenegaraan
Bahasa Indonesia digunakan untuk administrasi kenegaraan misalnya dokumen-dokumen, ketetapan-ketetapan, surat-menyurat, perundang- undangan dan sebagainya. Selain itu bahasa Indonesia digunakan pada upacara-upacara dan kegiatan-kegiatan kenegaraan, misalnya pemberian sambutan-sambutan, pidato-pidato dan sebagainya.
2. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
Untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran, bahasa Indonesia digunakan di lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal. Mulai taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Buku-buku bacaan atau buku- buku sumber yang digunakan disekolah-sekolah umumnya menggunakan bahasa Indonesia. Kecuali pada perguruan tinggi banyak buku-buku referensi yang berasal dari luar negeri yang menggunakan bahasa asing. Tetapi umumnya buku referensi yang ditulis, dan diterbitkan di Indonesia masih menggunakan bahasa Indonesia.
3. Bahasa resmi untuk kepentingan pemerintah
Bahasa Indonesia digunakan sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dengan masyarakat luas. Berbagai macam suku bangsa yang terdapat di Indonesia dengan bahasanya yang berbeda-beda dapat dihubungkan oleh satu bahasa yaitu bahasa Indonesia. Pemerintah dapat mengkomunikasikan peraturan-peraturan pemerintah, ketetapan-ketetapan 4 atau perundang-undangan dengan bahasa Indonesia. Begitu pula masyarakat Indonesia menyampaikan setiap aspirasinya melalui bahasa Indonesia.
4. Alat pengembang kebudayaan ilmu pengetahuan dan teknologi
Suatu bangsa akan semakin maju seiring dengan perkembangan kebudayaannya. Kebudayaan suatu bangsa merupakan ciri dan identitas suatu bangsa. Bahasa Indonesia merupakan alat yang tepat untuk digunakan dalam mengembangkan kebudayaan. Hal ini dapat dilihat pada perkembangan kesenian, dunia hiburan, pendidikan, teknologi dan informasi yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai media berkomunikasi. Bahasa Indonesia yang digunakan dalam acara atau program-program berita yang ditayangkan di televisi-televisi maupun radio, serta surat-surat kabar sangat berperan dalam mengembangkan kebudayaan, pendidikan, teknologi dan informasi.

Thursday 23 May 2019

Sejarah Perkembangan Bahasa Melayu Menjadi Bahasa Indonesia


Pada perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia dibagi dalam tiga masa penting yaitu sebagai berikut.
1. Masa sebelum penjajahan (pra kolonial)
Berbagai dialek atau logat bahasa Melayu sudah tersebar di seluruh Nusantara, misalnya dialek bahasa Melayu Minangkabau, Palembang, Betawi, Kupang, Ambon, dan Iain-lain. Penggunaan bahasa Melayu sejak dahulu kala dibuktikan dengan adanya berbagai prasasti dan inskripsi, misalnya Prasasti Kedukan Bukit (832 M), Prasasti di Talang Tuwu (684 M), Prasati di kota Kapur (686 M), Prasasti di Karang Berahi (688 M), dan inskripsi Gandasuli di daerah Kedu (832 M).
2. Masa penjajahan (Kolonial)
Ketika orang-orang Barat tiba di Indonesia pada abad XVI, bahasa Melayu sudah digunakan sebagai bahasa rasmi masyarakat Indonesia. Bahasa Melayu sudah digunakan dalam pergaulan, perhubungan, dan perdagangan. Seorang Portugis yang bernama Pigafetta mulai menyusun daftar kata Melayu-ltalia pada tahun 1522. Hal ini menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah ada di Kepulauan Maluku. Pada saat penjajahan Belanda, bahasa Melayu digunakan dalam pengajaran di sekolah-sekolah Bumi Putera.
3. Masa Pergerakan
Bahasa Melayu berkembang menjadi bahasa Indonesia diawali pada abad ke-20. Pada saat itu faktor politik lebih dominan dalam mempengaruhi perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia.
Bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka suku bangsa dan bahasa daerah masing-masing memerlukan bahasa yang dapat digunakan oleh semua suku bangsa sebagai bahasa pemersatu. Berdasarkan alasan tersebut, diputuskanlah bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia melalui ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal28 0ktoberi928. Pada ikrar Sumpah Pemuda memuat nilai-nilai, Berbangsa satu, bahasa Indonesia, Bertanah air satu, tanah air Indonesia. Menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia.
Pada masa pergerakan nasional, banyak sekali peristiwa-peristiwa yang menjadikan bahasa Indonesia semakin berkembang. Peristiwa-peristiwa tersebut diantara sebagai berikut.
1. Pada tahun 1918, Ratu Belanda memberikan kebebasan kepada para anggota dewan rakyat untuk menggunakan bahasa Melayu dalam setiap pertemuan/ sidang.
2. Pada tahun 1933 terbentuk Angkatan Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana.
3. Pada tahun 1938 diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia I di Solo untuk menentukan pegangan bagi para pengguna bahasa, mengatur bahasa serta menyebarluaskan bahasa Indonesia.
4. Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkanlah fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara Indonesia yang termaktub dalam UUD 1945 Bab XV, pasal 36.
5. Kamus besar bahasa Indonesia diperkenalkan pada Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta tahun 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia ini disusun di bawah kerjasama dan koordinasi Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Alasan Bahasa Melayu Dijadikan Akar dari Bahasa Indonesia


Indonesia sebagai negara kepulauan terdiri atas berbagai macam suku- suku bangsa. Suku-suku bangsa ini masing-masing memiliki ciri khas budaya dan bahasa. Bahasa Indonesia yang kita gunakan sehari-hari biasanya sudah dipengaruhi oleh bahasa daerah yang menjadi bahasa sehari-hari selain bahasa daerah, bahasa asing pun turut mempengaruhi bahasa Indonesia. Selama perkembangannya, bahasa Indonesia berkali-kali mengalami penyempurnaan. Hal ini terjadi karena berbagai budaya dan bahasa daerah serta bahasa asing sangat berperan dalam memperkaya bahasa Indonesia. Banyak kata-kata yang berasal dari bahasa daerah maupun bahasa asing diadopsi ke dalam bahasa Indonesia, misalnya kata-kata sastra, cita, putra, budi, surga, berasal dari bahasa Sansekerta. Kata-kata kitab, adil, subuh, diangkat dari bahasa Arab. Kata-kata syah, syahbandar, kenduri, diangkat dari Parsi. Kata-kata kiper dan tiket, berasal dari bahasa Inggris.


Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Seiring dengan berlalunya waktu bahasa Indonesia senantiasa mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Hingga pada tanggal 28 Oktober 1928, bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa persatuan. Mengapa bahasa Melayu dijadikan akar dari bahasa Indonesia? Hal ini dapat terjadi karena beberapa alasan, diantaranya sebagai berikut.
1. Bahasa Melayu sudah digunakan sejak lama oleh para pelaku perdagangan, alim ulama, dan cendekiawan. Dari masa Sriwijaya dan juga Malaka, bahasa Melayu menjadi bahasa perhubungan di banyak daerah Nusantara.
2. Sistem aturan bahasa Melayu, misalnya kosakata, tata bahasa atau cara bertutur lebih mudah dan sederhana, serta mudah dipelajari.
3. Adanya kebutuhan akan bahasa pemersatu oleh para tokoh-tokoh pergerakan nasional. Bahasa Melayu yang sudah banyak digunakan oleh sebagian orang pada saat itu, serta sifatnya yang mudah dipelajari merupakan salah satu alasan yang mendasari digunakannya bahasa Melayu yang kelak dijadikan bahasa Indonesia.

Blog saya yang lain