Sunday, 23 December 2018
Pembentukan PPKI dan Peristiwa Rengasdengklok
Pembentukan PPKI
BPUPKI dirasa telah
mampu menyelesaikan tugasnya, maka dari itu badan tersebut dibubarkan pada 7
Agustus 1945. Sebagai penerus BPUPKI dibentuklah PPKI atau Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia. Panitia ini beranggotakan 21 orang yang selanjutnya
ditambah sebanyak 6 orang sehingga seluruhnya berjumlah 27 orang yang menjadi
ketua adalah Ir. Soekarno dan wakil adalah Drs.Mohammad Hatta serta penasehat
yaitu Mr. Achmad Subarjo. Tugas dari seluruh anggota PPKI adalah melakukan
persiapan dan menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemerdekaan
Indonesia serta proses perpindahan kekuasaan dari Jepang ke Indonesia.
Pelantikan PPKI
dilakukan oleh pihak Jepang secara simbolik di Saigon atau Dalat, Vietnam pada
tanggal 9 Agustus 1945 dengan mengundang tiga tokoh Indonesia yang terdiri dari
Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Drs. Mohammad Hatta dan Ir. Soekarno. Dalam
pelantikan itu, Jepang memberikan informasi tentang kemerdekaan Indonesia yang
sudah segera dilaksanakan dengan wilayah yang meliputi seluruh bekas jajahan
Belanda.
Peristiwa
Rengasdengklok
Setelah PPKI terbentuk
dan janji dari Jepang untuk memberi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24
Agustus 1945. Ternyata terjadi peristiwa yang diluar dugaan yaitu Jepang
menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945 setelah dua
kotanya : Hiroshima dan Nagasaki dibom atom oleh sekutu. Berita menyerahnya
Jepang kepada sekutu tersebut diketahui oleh beberapa tokoh pemuda. Maka
bergegaslah Sutan Syahrir dan beberapa tokoh lainnya ke rumah Mohammad Hatta yang
kemudian menuju ke rumah Ir. Soekarno untuk mengusulkan proklamasi kemerdekaan
bisa dipercepat tanpa melalui PPKI. Saat itu Indonesia dalam status vacum of
power sehingga harus menentukan sikap untuk merdeka dan supaya tidak
mengesankan kemerdekaan Indonesia merupakan pemberian Jepang.
Usulan mempercepat
kemerdekaan ternyata tidak mendapat persetujuan dari Soekarno dan Mohammad
Hatta. Alasannya meskipun Jepang sudah menyerah tanpa syarat kepada sekutu
tetapi kekuatan militernya masih kuat di Indonesia. Supaya tidak terjadi
masalah maka kemerdekaan harus sesuai dengan maklumat dari Jepang pada tanggal
24 Agustus 1945.
Sikap golongan tua
yang menolak mempercepat proklamasi membuat golongan muda melakukan pertemuan
lagi pada jam 24.00 menjelang tanggal 16 Agustus 1945. Golongan muda yang hadir
saat itu adalah dr. Sucipto, dr. Muwardi, Syudanco Singgih, Chaerul Saleh dan
Sukarni. Mereka sepakat untuk membawa Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta keluar
Jakarta menuju ke Rengasdengklok di Karawang pada tanggal 16 Agustus 1945 jam
04.30.
Kesepakatan tentang
proklamasi yang dipercepat tetap belum bisa terlaksana meskipun sudah di
Rengasdengklok. Ir. Soekarno sebagai golongan tua yang sangat dihormati masih
tetap pada pendapatannya untuk berunding dengan PPKI terlebih dahulu dan
mengikuti rencana Jepang. Tetapi suasana segera berubah setelah Ahmad Soebardjo
dengan sekretaris pribadinya yang bernama Sudiro datang untuk menyampaikan
berita kebenaran Jepang menyerah kepada sekutu membuat Soekarno dan Mohammad
Hatta berubah pikiran untuk menerima saran untuk segera memproklamasikan
kemerdekaan. Selain itu Ahmad Soebardjo juga memberikan jaminan kepada Soekarno
dan Mohammad Hatta untuk melaksanakan proklamasi kemerdekaan paling lambat jam
12.00 pada tanggal 17 Agustus 1945.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment