Tuesday, 12 May 2015

Bangsa Indonesia dikuasai Jepang

Awal mula tujuan negara Jepang menguasai wilayah Indonesia ialah untuk berbagai kepentingan seperti ekonomi dan juga politik. Jepang adalah negara industri yang terbilang sangat maju dan besar. Dilihat dari aspek ekonomi, negara Jepang sangat membutuhkan bahan mentah/baku industri nyang tersedia sangat banyak di wilayah Indonesia untuk kepentingan pada pengembangan kegiatam ekonominya.

 Di samping untu penyedia bahan mentah/baku, Indonesia juga adalah salah satu daerah pemasaran bagi industri yang sangat strategis bagi negara Jepang untuk bisa menghadapi dalam persaingan dengan para pasukan Sekutu. Bahkan dampaknya sampai saat ini, Indonesia merupakan menjadi salah satu konsumen paling besar bagi produksi Jepang. Selain itu negara Jepang juga harus menggalang dan memperkuat kekuatan para pasukannya, dan juga mencari dukungan yang berasal dari bangsa-bangsa di kawasan Asia.

Ada tiga tempat yang terbilang penting pada saat pendaratan Jepang ketika mulai masuk ke wilayah Indonesia, yakni wilayah Tarakan (Pulau Kalimantan), Kota Palembang (Pulau Sumatra), dan Jakarta (Pulau Jawa).
Pada tempat-tempat tersebut adalah tempat yang paling strategis untuk bisa menguasai wilayah Indonesia. Selain itu juga tiga tempat tersebut adalah salah satu pusat dari perkembangan politik serta ekonomi pada saat masa kependudukan penjajah Belanda.
Jepang telah berhasil menguasai kota Palembang pada tanggal 16 Februari 1942. Setelah bisa menguasai kota Palembang, lalu pasukan Jepang menyerang ke wilayah Pulau Jawa. Wilayah Pulau Jawa adalah pusat dari pemerintahan penjajah Belanda. Batavia atau Jakarta sebagai salah satu pusat perkembangan di wilayah Pulau Jawa, telah berhasil dikuasai oleh pasukan Jepang pada tangga l 5 Maret 1942.
Setelah melewati dan melakukan berbagai jenis pertempuran pada akhirnya pasukan Belanda menyerah dengan tanpa syarat kepada pasukan Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 di kawasan Kalijati, Subang Prov. Jawa Barat. Surat perjanjian tersebut diserah terima oleh kedua belah pihak yang ditandatangani oleh Letnan Jenderal Ter Poorten yang menjabat sebagai Panglima Angkatan Perang pasukan tentara Belanda dan diserahkan kepada Letnan Jenderal Imamura yang menjabat sebagai pimpinan pasukan tentara Jepang. Sejak saat itulah seluruh wilayah Indonesia dalam kekuasan pasukan Jepang.
Pada saat itulah pendudukan pasukan Jepang di wilayah Indonesia, pasukan Jepang telah melakukan pembagian pada tiga daerah penguasaan pemerintahan militer di wilayah Indonesia, yakni:

1. Pemerintahan Angkatan Darat yang disebut Tentara XXV untuk wilayah Sumatra, yang berpusat di Bukittinggi.
2. Pemerintahan Angkatan Darat dengan nama Tentara XVI untuk kawasan Jawa dan Pulau Madura, yang berpusat di Jakarta.
3. Pemerintahan Angkatan Laut dengan nama Armada Selatan II untuk kawasan Pulau Sulawesi, Pulau Kalimantan, dan juga kepulauan Maluku yang berpusat di Makassar.

Jika ingin melihat dalam bentuk video di youtube bisa dilihat di bawah ini.








Saturday, 9 May 2015

Bangunan Megalitik

Megalitik berasal dari dua kata yaitu mega yang artinya besar, dan kata lithos yang artinya batu. Tradisi untuk pendirian bangunan-bangunan jaman megalitik tersebut selalu didasarkan pada  suatu  kepercayaan akan adanya sebuah hubungan di antara yang hidup serta yang sudah mati. Jasa dari seseorang yang sudah meninggal umumnya diabadikan dengan mendirikan sebuah bangunan batu yang sangat besar yang menjadi tempat penghormatan.
Bangunan-bangunan yang terbuat batu tersebut bisa berupa (1) menhir, (2) dolmen, (3) punden berundak, (4) waruga, (5) sarkofagus, dan (6) kubur batu. Peninggalan dari kebudayaan tersebut banyak terdapat di daerah Nias, Flores, Sumba, dan tanah Toraja.
a) Menhir

Menhir merupakan bangunan yang berupa batu berdiri tegak (tugu) yang mempunyai fungsi untuk tempat pemujaan para roh leluhur / nenek moyang atau sebagai tanda peringatan kepada orang yang sudah meninggal.
b) Dolmen
Dolmen merupakan bangunan yang berupa meja terbuat dari batu, yang terdiri dari batu lebar yang dibawanya ditopang oleh beberapa buah batu yang lainnya. Dolmen mempunyai fungsi sebagai tempat untuk persembahan memuja para arwah leluhur/nenek moyang. Di samping untuk tempat pemujaan, dolmen juga memiliki fungsi sebagai pelinggih, ada tempat duduk untuk seorang kepala suku atau raja. Dolmen juga ditemukan bersama dengan sebuah kubur batu.
c) Kubur peti batu
Kubur peti batu merupakan tempat menyimpan untuk mayat. Kubur peti batu tersebut terbuat dari enam buah papan dari batu, dan sebuah batu penutup peti. Papan-papan yang terbuat dari batu tersebut disusun dengan cara langsung dalam sebuah lubang yang sudah dibuat/disiapkan terlebih dahulu, dan umumnya diletakkan secara membujur dengan arah yang hampir sama yaitu timur-barat. Kubur peti batu banyak didapati di wilayah Tegurwangi di Sumatra Selatan, Wonosari di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan juga Jawa Barat.
d) Sarkofagus
Sarkofagus merupakan sebuah bangunan yang berupa kubur batu dengan bentuk seperti lesung serta diberi penututup. Sarkofagus banyak dijumpai di daerah Bali.
e) Waruga
Waruga merupakan sebuah peti kubur batu dengan ukuran yang terbilang kecil. Bentuknya kubus serta bulat. Waruga biasanya banyak ditemukan di daerah Sulawesi Tengah.
f) Punden berundak
Punden berundak merupakan sebuah bangunan bertingkat yang umumnya dihubungkan oleh tanjakan kecil. Punden berundak mempunyai fungsi sebagai tempat untuk pemujaan terhadap roh leluhur / nenek moyang.

Video materi pelajaran Bangunan Megalitik bisa dilihat di bawah ini.


 





Friday, 8 May 2015

Hasil Kebudayaan Masyarakat Indonesia pada Masa Islam

Hasil kebudayaan pada saat masa Islam di wilayah Indonesia sangat beraneka ragam bentuknya, diantaranya dalam bentuk bangunan masjid, keraton, makam atau nisan, tulisan kaligrafi  serta karya sastra. 
a. Masjid

Masjid merupakan tempat untuk ibadah bagi para pemeluk agama Islam. Bangunan masjid yang berasal dari masa kerajaan-kerajaan beragama Islam di wilayah Indonesia diantaranya bangunan Masjid Demak (Demak,Jawa tengah), Masjid Menara Kudus (Kudus,Jawa tengah), Masjid Sendang Duwur (Tuban, Jawa timur), Masjid Agung Kasepuhan (Cirebon,Jawa barat), Masjid Sunan Ampel (Surabaya, Jawa timur), Masjid Baiturakhman (Banda Aceh), Masjid Angke (daerah Jakarta), serta Masjid Ketangka (Makassar).
b. Keraton
Bangunan Keraton merupakan istana tempat tinggal bagi raja atau sultan bersama sanak keluarganya. Bangunan keraton/istana kerajaan Islam ada di Jawa, dan beberapa lainnya ada di daerah pulau Sumatra, bangunan keraton/istana merupakan sebuah karya arsitek yang umumnya memadukan antara kebudayaan setempat dengan sebuah kebudayaan dari Islam. Keraton-keraton yang pembangunanya berasal dari masa kerajaan – kerajaan bercorak Islam di wilayah Indonesia diantaranya Keraton Kaibon di Banten, Keraton Kasepuhan di Banten, Keraton Kasunanan serta Keraton Pakualaman di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta, Keraton Kasultanan di Aceh, dan Istana Maimun di medan.
c. Makam
Makam merupakan tempat dikebumikannya seseorang yang telah meninggal dunia (wafat). Makam-makam para raja atau makam para orang kaya/bangsawan dibuat secara sangat megah serta permanen. kebanyakan makam kuno yang bercorak Islam terdiri dari tiga komponen utama yaitu Jirat, Nisan, dan bangunan Cungkup. Jirat atau Kijing merupakan bangunan yang biasanya terbuat dari batu yang di tembokkan serta mempunyai bentuk persegi panjang. Nisan merupakan tonggak pendek yang biasanya terbuat dari batu atau kayu yang akan ditanam diatas Jirat. Biasanya pada nisan ada beberapa tulisan-tulisan sebagai tanda peristiwa atau sejarah orang yang dikubur/makamkan. Sedangkan bangunan cungkup merupakan sebuah bangunan yang mirip rumah yang dibangun di atas Jirat (untuk melindungi Jirat dari cuaca panas serta hujan). 
Makam-makam yang ditemukan berasal dari masa kerajaan bercorak Islam di wilayah Indonesia diantaranya makam dari Sultan Malik al Saleh (Aceh darusallam), makam dari Fatimah Binti Maimun (Jawa Timur), makam dsari Maulana Malik Ibrahim (Jawa Timur), makam dari Sultan Suryansyah (Kalimantan), makam dari Sultan Hasanuddin (Sulawesi Selatan), dan banyak lagi.

 d. Kaligrafi
Kaligrafi merupakan seni melukis yang indah dengan cara merangkai huruf-huruf Arab atau dari ayat Al Qur’an menjadi banyak bentuk  yang diinginkan. Seni kaligrafi umumnya terdapat pada dinding-dinding suatu bangunan masjid yang utamanya pada bagian mihrabnya, gerbang/gapura masjid, gerbang/gapura makam, dan juga di nisan-nisan kubur.

e. Karya Sastra
Karya sastra yang biasanya dihasilkan pada saat masa kerajaan-kerajaan Islam kebanyakan berisikan ajaran khusus seperti ilmu tasawuf atau budi pekerti atau perilaku yang baik, maupun tentang filsafat kemasyarakatan. Kesusastraan umumnya juga ditulis dalam berbagai bentuk, seperti suluk (berisi tentang ajaran tasawuf), syair, hikayat, serta babad. Karya-karya sastra yang saat pembuatanya berasal dari masa kerajaan - kerajaan Islam di wilayah Indonesia diantaranya Suluk Sukarsa, Suluk Wujil, Syair Perahu, Syair si Burung Pingai, Hikayat Amir Hamzah,  dan Babad Tanah Jawi.

Video materi Hasil Kebudayaan Masyarakat Indonesia pada Masa Islam bisa dilihat di bawah ini.




Hasil Kebudayaan Masyarakat Indonesia pada Masa Hindu-Buddha

Hasil kebudayaan pada masyarakat Indonesia saat masa Hindu - Buddha sanagta beragam bentuknya, seperti berbentuk bangunan megah (candi), seni pahat patung (arca-arca), seni pahat serta ukir pada dinding batu (relief), serta bentuk sastra (kitab-kitab).
a. Candi

Candi biasanya berbentuk sebuah bangunan yang cukup tinggi dengan 3 (tiga) bagian. Bagian paling bawah adalah lambang dari bhurloka artinya alam manusia, pada bagian tengah melambangkan bhuvarloka artinya alam kematian, dan pada bagian atap menggambarkan swarloka artinya alam para dewa.
Candi - candi yang berada di wilayah Indonesia mempunyai corak yang berbeda, tergantung pada sifat/karakter kerajaan yang membangun atau membuatnya. Candi - candi yang berada di daerah Jawa Tengah di bagian utara umumnya mempunyai bentuk melingkar, di mana bentuk candi - candi kecil biasanya melingkari pada candi utama yang lebih besar. Ini melambangkan pada susunan masyarakat biasanya yang menempatkan seorang raja sebagai pusat/inti dari kekuasaan. Ini bisa dipahami, bila mengingat pada kerajaan - kerajaan di wilayah Jawa Tengah bagian utara biasanya merupakan sebuah kerajaan Hindu.
Sementara itu, pada candi - candi yang berada di wilayah Jawa Tengah di bagian selatan biasanya mempunyai ukuran yang besarnya sama, tidak ada bentuk candi yang lebih besar maupun lebih tingginya yang melebihi yang lainnya. Hal ini melambangkan susunan pada masyarakat sangat demokratis yang sudah menempatkan seorang raja dan penduduk lainnya kedudukannya setara. Hal tersebut merupakan karakter dari agama Buddha yang tidak menganut adanya sistem kasta.
Adapun bangunan candi - candi di wilayah Jawa Timur umumnya menempatkan bangunan candi utama yang berukuran besar di belakang dari pada candi - candi yang ukuranya lebih kecil. Hal tersebut melambangkan kedudukan seorang raja sebagai seorang yang mampu pemersatukan masyarakat. Bangunan Candi tidak hanya dijumpahi di wilayah pulau Jawa namun juga bisa dijumpahi di daerah pulau - pulau lain. Misalnya, bangunan candi Muara Takus yang bisa dijumpahi di wilayah pulau Sumatra.
b. Yupa/Prasasti
Yupa/prasasti merupakan suatu tugu batu yang memiliki fungsi sebagai monumen/tugu peringatan. Yupa/Prasasti umumnya menggunakan tulisan aksara Pallawa atau menggunakan bahasa Sanskerta serta menjadi satu-satunya sumber utama bagi para ilmuan/ahli dalam menginterpretasikan pada sejarah Kerajaan - kerajaan pada saat masa Hindu-Buddha.

c. Kitab dan Karya Sastra
Masa kekuasaan Hindu dan Buddha juga meninggalkan beberapa tulisan (kitab) yang isinya sangat beragam. Ada kitab yang berisi sebuah cerita, berita dalam sejarah, ataupun berisi dongeng-dongeng. Umumnya isi kitab tersebut berbentuk syair. Kitab - kitab tersebut antaranya: 1).Kitab Bharatayuda yang di tulis oleh Mpu Sedah dan juga Mpu Panuluh. 2).Kitab Smaradhana di tulis oleh Mpu Dharmaja. 3).Kitab Negarakertagama di tulis oleh Mpu Prapanca. 4).Kitab Sundayana, adalah sebuah kitab yang isinya menceritakan peristiwa Bubat
d. Arca
Arca adalah batu yang biasanya dipahat hingga akan membentuk menyerupai manusia maupun binatang. Biasanya, arca dibuat sebagai penggambaran seseorang atau para dewa - dewi tertentu. Beberapa patung arca hasil dari kebudayaan pada masa Hindu-Buddha antaranya patung arca dewa Syiwa, dewa Brahma, dewa Wisnu, sang Buddha, dan juga Dhyani Boddhisatwa.
e. Relief
Relief adalah pahatan/ukiran tulisan ataupun gambar yang umumnyanya terdapat pada dinding bangunan candi. Beberapa pahatan/ukiran relief ada yang menceritakan sebuah pengalaman hidup dari seorang raja dan juga kisah para dewa-dewi agama Hindu atau Buddha.
Video Materi Pembelajaran Hasil Kebudayaan Masyarakat Indonesia pada Masa Hindu-Buddha bisa dilihat di bawah ini.





Hasil Kebudayaan Masa Perundagian

1)  Nekara

Nekara adalah semacam tambur yang berukuran besar terbuat dari perunggu yang bentuk pinggang pada bagian tengahnya serta pada sisi atasnya tertutup. Di nekara, umumnya terdapat beberapa pola hias yang sangat beraneka ragam. Biasanya pola hias yang pergunakan atau dibuat merupakan pola binatang buruan, geometrik/garis-garis, gambar burung, gambar seekor gajah, gambar ikan/binatang laut, gambar kijang jantan, gambar harimau, serta gambar seorang manusia. Dengan pola hiasan yang demikian sangat beragam, nekara mempunyai nilai seni artistik yang cukup tinggi sekali. Nekara biasnya sering digunakan pada upacara untuk mendatangkan hujan. Nekara banyak ditemukan antaranya di wilayah pulau Jawa, wilayah Sumatra, pulau Bali, Kepulauan Kei, serta wilayah Papua.
2)  Moko
Bentuk dari moko ialah menyerupai dari bentuk nekara tetapi lebih ramping. Pada bidang pukulnya bentuknya menjorok keluar, pada bagian bahu segaris lurus dengan pada bagian tengahnya yang membentuk sebuah silinder dan pada kakinya berbentuk lurus serta melebar pada bagian bawah. Moko umumnya banyak didapati di Pulau Alor.
3)  Kapak Perunggu
Kapak perunggu digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :
kapak corong/kapak sepatu, kapak upacara, serta tembilangan (tajak). Kapak corong tersebut disebut corong karena pada bagian atasnya mempunyai bentuk seperti corong yang sembirnya belah. Pada corong itu akan dimasukkan tangkai dari kayu yang akan menyiku pada bidang kapak tersebut. Kapak tersebut juga disebut kapak sepatu sebab hampir menyerupai sepatu.
Bentuknya bulat,  memanpanjang pada sisinya, serta terbuat dari bahan logam. Kapak perunggu banyak ditemukan antaranya di wilayah Sumatra Selatan, daerah Jawa Barat, pulau Bali, wilayah provinsi Sulawesi Tengah serta Selatan, Pulau Selayar, dan di Papua.

4) Bejana Perunggu
Bejana perunggu umumnya mempunyai bentuk bulat dan panjang menyerupai tempat untuk membawa ikan yang biasanya diikatkan di pinggang. Bejana tersebut terbuat dari dua bagian lempengan perunggu yang berbentuk cembung, yang dilekatkan pada pacuk besi di sisinya. Pola hias pada benda tersebut tidak sama secara penyusunannya. Bejana banyak ditemukan di daerah pulau Madura (Asemjaran, Sampang) serta di wilayah Sumatra (Kerinci).
5) Perhiasan Perunggu
Perhiasan yang pembuatanya berbahan baku dari perunggu, logam mulia emas, dan juga besi umumnya banyak ditemukan di seluruh wilayah Indonesia. Perhiasan seperti gelang, kalung, cincin, serta bandul kalung yang terbuat dari bahan perunggu biasanya dibuat tanpa ada hiasan. Akan tetapi, ada juga perhiasan perunggu yang dihias dengan suatu pola geometris atau pola makhluk hidup (bintang). Gelang yang biasnya mempunyai hiasan bentuknya besar serta tebal. Pola hias yang ada pada gelang tersebut berupa pola timpal, pola garis, pola menyerupai tangga, dan juga pola duri ikan laut. Pola hias lainnya seperti spiral yang disusun sedemikian rupa membentuk kerucut. Mata cincin mempunyai bentuk kambing jantan dapat ditemukan di daerah Kedu provinsi Jawa Tengah.
6) Arca Perunggu
Arca atau patung perunggu yang pernah ditemukan di wilayah Indonesia memiliki bentuk yang sangat beragam, ada yang berbentuk seoramg manusia serta bentuk binatang. Umumnya posisi manusia pada bentuk sebuah arca ada yang dalam keadaan tegap berdiri, bertolak pinggang, memegang senjata panah, menari serta sedang menunggangi kuda. Arca dengan bertolak pinggang pernah ditemukan di daerah Bogor. Patung/arca manusia yang sedang memegang senjata panah ditemukan di daerah Lumajang provinsi Jawa Timur. Arca yang bentuknya binatang biasnya berupa arca hewan kerbau yang sedang tidur atau berbaring, kuda yang sedang berdiri, serta kuda dengan pelana. Beberapa tempat ditemukannya arca-arca tersebut, seperti di daerah Bangkinang (Riau), kabupaten Lumajang, kota Palembang, dan juga daerah Bogor.

Video Hasil Kebudayaan Masa Perundagian bisa dilihat di bawah ini





Blog saya yang lain